Sulis Dirikan Sekolah Alam
Sulis Foto: Hendra
141K2112
Selasa, 09 Agustus 2011 12:52
Kapanlagi.com - Tak ingin menunggu lama dalam mewujudkan cita-citanya sebagai pendidik, Sulis mendirikan sebuah sekolah alam di Sawangan, Depok. Sekolah yang ia beri nama Generasi Baru Indonesia ini mencakup playgroup hingga TK.
"Aku memang punya cita-cita sebagai pendidik, ini langkah buat aku, didukung keluarga dan teman. Makanya aku ambil kuliah Psikologi, jalanku sudah semakin dibuka," paparnya.
Di tahun pertama, sekolah ini sudah mempunyai 26 siswa. Dengan memilih alam, Sulis ingin anak-anak bisa aktif dan langsung praktek dengan lingkungan sekitar. Selain itu dia ingin menciptakan generasi Indonesia yang menjunjung tinggi budaya Indoneisa.
"Anak-anak bisa aktif dan praktek. Kalau di sekolah biasa nggak bisa langsung interaksi dengan alam, kalau sekolah alam bisa langsung interaksi dengan alam," ujarnya saat dijumpai di Dahsyat RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Senin (8/8).
Sulis mengaku sangat senang dengan anak-anak. Di sekolahnya dia membebaskan anak-anak untuk berkreasi dan mengembangkan diri mereka.
"Kita jadi guru berperan sebagai mediator. Mereka bisa bebas bermain, outbond, renang, dan lain lain," tukasnya. (kpl/hen/faj)
Jumat, 12 Agustus 2011
Jumat, 29 Juli 2011
Selasa, 26 Juli 2011
Minggu, 24 Juli 2011
Crf Slideshow
Crf Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ Crf Slideshow ★ to Indonesia. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"
Crf Slideshow
Crf Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ Crf Slideshow ★ to Indonesia. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"
Crf Slideshow
Crf Slideshow: "TripAdvisor™ TripWow ★ Crf Slideshow ★ to Indonesia. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor"
SULIS YANG SEKEDARNYA
Sebuah nama yang
sederhana. Sulis, begitulah
ia dipanggil oleh teman-
temannya juga
dikeluarganya. Hanya
sedikit orang yang tahu
nama lengkapnya yang
juga sederhana yaitu
Sulistyowati. Dilahirkan di
Solo, Jawa Tengah, dari
sebuah keluarga yang
biasa-biasa saja tapi
bahagia. Sumadi nama
ayahnya dan Siti Satinem
nama ibunya. Sulis adalah
anak bungsu dari tiga dara
bersaudara..Rina, anak
pertama, Devi kedua dan
Sulis pamungkasnya.
Berbeda dengan dua
kakaknya aku sang ibu,
masa kehamilan, merawat
Sulis didalam rahim,
adalah masa-masa paling
berat. Selama lima bulan
pertama, ibunya menjadi
sangat kurus,
lambungnya menolak
setiap makanan yang
dimakannya. Itu semua
menambah kebahagiaan
ibu Siti, dihari bulan ke
enam masa kehamilannya
sampai hari kelahirannya
pada 23 January 1990.
Sulis kecil yang belum
nampak jelas kelebihan
yang dimilikinya, telah
mengisyaratkan ada
magnit dalam dirinya.
Tidak jarang para ibu
tetangganya, meminjam
Sulis sekedar untuk
dikudang (bhs.jawa),
disayang-sayang.
Disekolah, Sulis selalu
mendapat perhatian
istimewa dari guru
pengasuhnya. Bukan saja
karena prestasi sekolahnya
yang cukup baik, tapi
sikapnya yang kalem (bhs
Jawa), biasa-biasa saja,
simpatik, itulah daya
tariknya. Sulis adalah
prototype “puteri Solo”
yang memang begitu.
Menari juga jadi
kegemaran dimasa
kecilnya. Waktu itu Sulis
duduk dikelas 3 Sekolah
Dasar, karena satu dan lain
hal ia berpindah sekolah.
Baru 3 bulan disekolah
barunya, Sulis dipilih
sebagai mayoret,
pimpinan kelompok
dramben (drumband)
disitu. Karuan saja, teman-
temannya yang melihat
Sulis sebagai murid baru,
menjadi iri hati. Sulis yang
Sayang Teman Pindah ke
Jakarta Mengukir
Sejarahnya Satu hari
menjelang lomba
drumben, Sulis ditemani
ibunya, meninggalkan
ayah dan dua kakaknya,
pindah ke Jakarta
bergabung dengan
memenuhi undangan “
Cinta Rasul”, tepatnya tgl.7
agustus 1999. Katanya
kemudian, alhamdulillah
tidak ikut lomba dramben,
bila ikut lomba, tentu akan
menambah iri,
kekecewaan teman-
temannya. Kini teman-
teman yang ditinggalkan,
merindukannya
mengenang Sulis sebagai
sahabat sejati. Ya, Sulis
memang seorang sahabat
yang baik.Waktu Cinta
Rasul, safari sholawat
pentas di Solo. Panitia
pengundang, seperti
biasanya selalu
menempatkan personil “
Cinta Rasul” dihotel
berbintang. Tapi Sulis,
bahkan mengajak ibunya
meninggalkan kamarnya
yang lengkap dengan
fasilitas mewah, dan lebih
memilih menginap
dikampungnya yang
sangat sederhana,
bersama teman-teman
lamanya. Rumah gurunya
jadi prioritas
kunjungannya. Penulis
menyaksikan, bagaimana
gurunya berlinang
menahan haru, melihat
Sulis, anak didiknya yang
gemilang, ternyata masih
sama seperti dulu. Pada 14
July 2000, ayah dan dua
kakaknya menyusul. Sejak
itu lengkaplah sudah, Sulis
sekeluarga menjadi warga
ibukota Jakarta. Di Jakarta,
Sulis belajar di Sekolah
Dasar Harapan Ibu,
sebagian teman-temannya
seringkali memanggilnya “
mama ulis”, karena tidak
jarang ia jadi tempat
bertanya dan curhat
(mencurahkan isi hati)
sesama teman-
temannya.Kesederhanaan
dan keengganan
menonjolkan diri, seperti
sudah melekat pada
dirinya. Sulis tidak pernah
merasakan kelebihan yang
dimilikinya, ia merasa risi
dan malu berceritera
tentang kelebihan dirinya.
Disekolah, dikampungnya,
juga ditempat kursusnya,
Sulis diketahui sebagai
pelantun sholawat “Cinta
Rasul” yang bikin “heboh”
itu, baru setelah beberapa
bulan kemudian.Itupun
bukan darinya. Dalam
keseharian, Sulis anak
remaja yang tampil dalam
kesederhanaannya.
Siapapun yang melihat
Sulis dalam
kesehariannya, tidak akan
menyadari bahwa gadis
kecil ini sedang mengukir
sejarah dalam hidupnya,
sekaligus merubah
perjalanan hidup seluruh
keluarganya. Semua itu
dilewatinya seperti biasa-
biasa saja. Setelah semua
kegemilangan yang
diraihnya, adakah Sulis
menjadi anak manja yang
merepotkan ayah ibu dan
kedua kakaknya ? Tetap
saja Sulis sebagai seorang
anak yang patuh, seorang
adik yang menyenangkan,
yang menciptakan
kebahagiaan dan keceriaan
dalam keluarganya. Kalau
sesekali “error”, yaa itulah
tanda bahwa Sulis kini
tengah menjelang masa
remajanya. Jelasnya, Sulis
dulu, Sulis sekarang dan
Sulis diwaktu mendatang
adalah sama saja, Sulis
sekedarnya yang Cinta
Rasul insya Allah …
semoga Allah selalu
menjaga dan menyertai
perjalanan panjang
hidupnya. Sulis dan Cinta
Rasul Pada tahun 1998,
kak Haddad bersama
beberapa teman, dipimpin
haydar yahya,
membentuk sebuah grup
dengan nama “Studio 12”
yang melahirklan dua
buah album solo Haddad
Alwi berjudul “Nur
Muhammad shollollohu
’ alaihi wa alihi wa
sallam”dan “Ziarah Rasul”.
Album sederhana itu
mendapat perhatian
masyarakat luas terutama
adik-adik. Mulailah
direncanakan album yang
lebih ditujukan pada adik-
adik kecil. Pelantun
sholawat cilik segera
dicari. Dari sebuah
yayasan islam dikota Solo
(Jawa Tengah, kota
kelahiran Haddad, Sulis
juga haydar yahya)
dilakukan seleksi. Setelah
mendengar dan bertemu,
Haddad menjatuhkan
pilihannya, lagi-lagi pada
Sulistyowati. Rencana
penerbitan album
sholawat anak-anak dan
remajapun akan menjadi
nyata. Waktu itu tahun
1999. Menyongsong bulan
maulid 1420 hijriyyah,
waktu yang dipilih sebagai
album perdana yang
legendaris “CINTA
RASUL”yang kini dikenal
dengan “Cinta Rasul 1”.
Dari jumlah peredarannya
album “Cinta Rasul 1” ini,
mengalahkan album
manapun yang pernah hit
dimasa sebelumnya dan
sampai kini di Indonesia.
Diperkirakan kaset yang
beredar melampaui
puluhan juta copy. Jutaan
anak-anak Indonesia hafal
hampir seluruh “nasyid
”(lagu) dalam album itu.
“Cinta Rasul” mencatat
sejarahnya. Sebagai
aprisiasi, penghargaan,
dalam perjalanan “Cinta
Rasul”, haydar dan
Haddad, berketetapan
mengundang Sulis
sebagai keluarga tetap “
Cinta Rasul”. Sulispun
memulai perjalanan “
hijrah”nya memenuhi
undangan. Sulis pindah ke
Jakarta ditemani ibunya
pada tgl.7 agustus 1999.
Berpisah dengan ayah dan
dua kakak kesayangannya
yang kemudian menyusul
pada 14 July 2000.
Berdasarkan istikhoroh
(memilih dengan
memohon petunjuk Allah)
, haydar yahya,
menetapkan nama
“Sholla”, Studio Cinta
Rasul, yang sampai saat
ini telah menerbitkan tujuh
buah album yaitu “Cinta
Rasul 1 sampai dengan
Cinta Rasul 6 ” dan edisi
khusus “Love for the
Messenger”with Victoria
Philharmonic Orchestra,
Melbourne dan Sydney
Concert Orchestra.
Keduanya termasuk dua
orchestra bertaraf
internasional dari negara
kanguru, Australia. Musik
album khusus ini diaransir
ulang oleh, seorang
musisi muda terbaik,
Dwiki Dharmawan yang
sampai kini berniat selalu
bersama “Cinta
Rasul”insya Allah. Kini
Dunia Islam Mengenalnya
Bila “Cinta Rasul 1 sampai
Cinta Rasul 3” Haddad
bersama Sulis, maka “
Cinta Rasul 4”adalah
album perdana solo Sulis
yang kini mulai menjadi
kak Sulis yang telah
dikenal hampir diseluruh
dunia. Telpon, fax, surat,
email setiap hari
diterimanya bukan hanya
dari pelosok tanah air
Indonesia, tapi juga dari
Malaysia, Brunei,
Singapore, Mesir, Siria,
Kuwait, Turkiy, Iran,
Pakistan, Maroko, Abijan,
Kosovo, Mauritunius,
Belanda, bahkan Amerika
Serikat. Obat Rewel Bagi
Anak Balita Album “Cinta
Rasul” adalah juga
mujarab sebagai obat
rewel bagi anak balita.
Begitu kata para ibu.
Seorang ibu mengaku,
kemanapun ia pergi
bersama anaknya, selalu
menenteng tepe kecil dan
kaset “Cinta Rasul”. Begitu
anaknya rewel,langsung
distelkan dan si anak yang
memang sudah “Cinta
Rasul”itu jadi gembira
sambil menggerak-
gerakkan tangan dalam
posisi berdo ’a mencontoh
Sulis dalam klipnya. Coba
saja kalau tidak percaya.
Sulis Pertama Kali
Rekaman Saat pertama kali
rekaman, disebuah studio
dipinggiran kota gudeg
Yogyakarta, hari-hari itu
adalah hari-hari tak
terlupakan buat Sulis. Ia
seperti tidak menyadari
apa yang sebenarnya
terjadi. Ia rasakan seperti
mengalir begitu saja
dibawa waktu dan
keadaan. Sepertinya, tiba-
tiba saja ia sudah berada
diruang tunggu studio.
Apa maksud dari semua
ini ? Mampukah saya
memenuhi harapan dan
keinginan Cinta Rasul yang
penuh harap ?! Sulis
merasakan beban berat
yang tidak pernah
dirasakan sebelumnya.
Macam-macam timbul
tenggelam dalam hati dan
pikiran …hatinya berdebar
kuat dan mata yang indah
yang dimilikinya
mengalirkan airmata …
Sulis menangis, merapat
ke ibunya yang selalu
menemaninya, memberi
semangat dan dorongan.
Namanya sebuah
perjalanan, akhirnya
terlewati juga. Sampai
sekarang sudah sampai
album ke enam yang
insya Allah tidak akan
pernah berakhir, terus “
Cinta Rasul” sampai mati,
mohon do’a semuanya
kata Sulis. Bagaimana Sulis
Berlatih ? Sulis memulai
karirnya seperti menjalani
takdir yang memang
sudah seharusnya dijalani.
Berbeda dengan
kebanyakan artis, vokalis
pada umumnya. Sulis
tidak pernah belajar
tekhnik vocal seperti
lazimnya orang ingin
menjadi vocalis. Ia
mengembangkan
bakatnya sendiri. Ia
menyanyi sekedar
mengikuti naluri perasaan
hatinya yang lembut.
Seperti air sungai,
mengalir mengikuti
sunnatullahnya sampai ke
samudera lepas sesuai
kehendak Allah. Begitulah
perjalanan Sulis, pelantun
sholawat terbaik yang
dimiliki dunia saat ini.
Banyak orang tidak
percaya, bahwa Sulis baru
berlatih vocalizing
menjelang penerbitan
albumnya yang ke empat
yaitu “Cinta Rasul 4”.
Itupun dijalaninya dengan
sekedarnya saja. Sulis di
Panggung dan Bunga
Pilihannya Orang yang
ingin melihat seorang artis
yang gemerlapan dan
penuh gaya bisa
dipastikan akan kecewa
melihat Sulis dipanggung.
Dilihat dari sudut stage act
(aksi panggung),Sulis
memang bukan seorang
artis. Bahkan sampai saat
ini. Yang membedakannya
dengan artis lain hanyalah
bunga yang selalu
dibawanya saat
bersholawat diatas
panggung. Bunga
mengatakan semua yang
indah dan damai. Semua
yang dilakukannya adalah
spontan. Tindak
tanduknya, langkahnya,
senyumnya, sorot
matanya, saat bersama
teman-temannya,
dirumah atau saat ia
melantunkan sholawat
diatas panggung didepan
puluhan ribu
penggemarnya, semua
apa adanya. Sulis selalu
tampil sekedarnya,
sebagai seorang teman,
seorang sahabat yang
tidak berbeda dengan adik
kakak penggemarnya.
Tidak dirasakannya jarak
diantaranya. Itu pulalah
yang membuat para
penggemarnya, adik kecil,
remaja, ibu-ibu tidak
sekedar sebagai
penggemarnya, tapi
mereka menyayangi dan
mencintai Sulis sebagai
layaknya adik kakak. Setiap
kali kembali dari safari
sholawat (sebutan bagi
konser Cinta Rasul), selalu
disusul dengan surat,
email, telpon, hadiah,
kiriman cendera mata dari
para penggemarnya yang
seringkali membuat Sulis
gelisah, bagaimana mesti
membalas kebaikan para
penggemarnya yang
berjuta jumlahnya itu.
Semoga Allah membalas
kebaikan mereka semua
dengan berlipat ganda …
do’anya.Semoga Allah
mencatatnya sebagai
manifestasi kecintaan kita
semua kepada Allah
subhanahu wa ta ’ala dan
Rasulullah shollollohu’alaihi
wa alihi wa sallam. Sulis
Remaja dan
Penggemarnya Sulis
sekarang adalah Sulis
remaja. Daya pikatnya
bertambah. Bukan hanya
suaranya yang sulit
dikatakan bagaimana…
bukan hanya nama besar,
sikap dan tindak tanduk
yang sekedarnya,
membuat penasaran
pemerhatinya …tapi…
kecantikannya yang khas
jawa, senyum madunya,
sorot matanya yang
magis, memang unik dan
terlalu sulit
disembunyikan. Panggilan
akrabnya
bertambah.Teman-teman
dekatnya memanggil Sulis
dengan Uchan (Ulis cantik)
. Semua itu seringkali
merepotkan Sulis
menghadapi penggemar
maniaknya. Kalau
mulanya hanya adik-adik
kecil yang bertepuk
tangan, berteriak
kegirangan manakala Sulis
melangkah ke panggung,
kini remaja putra dan
pemuda bersaing dengan
adik-adiknya. Teriakan :
” Suliiiiiiissss I love you…”
tidak jarang terdengar
bahkan seringkali
mengganggu
kekhusyukan bersholawat.
Setiap kali selesai pentas,
pengamanan pagar betis
yang tangguh mesti
disiapkan. Bila
pengamanan lengah,
bunga yang Sulis bawa
setiap kali pentas jadi
sasaran rebutan dan
kadang hancur berkeping
entah buat apa. Ada yang
cukup melihat dari jauh,
ada yang ingin mendekat,
ada yang ingin
menyentuh dan banyak
juga yang menarik baju,
jilbab dan mencubit bila
berkesempatan. Disituasi
seperti itu Sulis biasanya
hanya menunduk. Kadang
panik juga dan baru lega
begitu sampai dimobilnya.
Melambaikan tangan,
menyapa para
peggemarnya yang tidak
henti-hentinya mengetuk-
ngetuk kaca mobilnya …
Sulis terdiam seribu
bahasa, sulit ditebak apa
yang ada dibenak pikiran
dan hatinya disaat itu.
Yang pasti sesampainya
dihotel katanya : ”Sulis
lapar, mau pop mie atau
mie ayam …”
bersembunyi dikamar
bersama ibunya.
Sementara para
penggemar mengejar,
datang bergantian minta
foto bersama. Sulis yang
capek, tetap saja melayani
dengan sebaik-baiknya.
Itulah Sulis yang kini
remaja dan lebih banyak
yang menggoda. Semoga
Allah menjaganya.
sederhana. Sulis, begitulah
ia dipanggil oleh teman-
temannya juga
dikeluarganya. Hanya
sedikit orang yang tahu
nama lengkapnya yang
juga sederhana yaitu
Sulistyowati. Dilahirkan di
Solo, Jawa Tengah, dari
sebuah keluarga yang
biasa-biasa saja tapi
bahagia. Sumadi nama
ayahnya dan Siti Satinem
nama ibunya. Sulis adalah
anak bungsu dari tiga dara
bersaudara..Rina, anak
pertama, Devi kedua dan
Sulis pamungkasnya.
Berbeda dengan dua
kakaknya aku sang ibu,
masa kehamilan, merawat
Sulis didalam rahim,
adalah masa-masa paling
berat. Selama lima bulan
pertama, ibunya menjadi
sangat kurus,
lambungnya menolak
setiap makanan yang
dimakannya. Itu semua
menambah kebahagiaan
ibu Siti, dihari bulan ke
enam masa kehamilannya
sampai hari kelahirannya
pada 23 January 1990.
Sulis kecil yang belum
nampak jelas kelebihan
yang dimilikinya, telah
mengisyaratkan ada
magnit dalam dirinya.
Tidak jarang para ibu
tetangganya, meminjam
Sulis sekedar untuk
dikudang (bhs.jawa),
disayang-sayang.
Disekolah, Sulis selalu
mendapat perhatian
istimewa dari guru
pengasuhnya. Bukan saja
karena prestasi sekolahnya
yang cukup baik, tapi
sikapnya yang kalem (bhs
Jawa), biasa-biasa saja,
simpatik, itulah daya
tariknya. Sulis adalah
prototype “puteri Solo”
yang memang begitu.
Menari juga jadi
kegemaran dimasa
kecilnya. Waktu itu Sulis
duduk dikelas 3 Sekolah
Dasar, karena satu dan lain
hal ia berpindah sekolah.
Baru 3 bulan disekolah
barunya, Sulis dipilih
sebagai mayoret,
pimpinan kelompok
dramben (drumband)
disitu. Karuan saja, teman-
temannya yang melihat
Sulis sebagai murid baru,
menjadi iri hati. Sulis yang
Sayang Teman Pindah ke
Jakarta Mengukir
Sejarahnya Satu hari
menjelang lomba
drumben, Sulis ditemani
ibunya, meninggalkan
ayah dan dua kakaknya,
pindah ke Jakarta
bergabung dengan
memenuhi undangan “
Cinta Rasul”, tepatnya tgl.7
agustus 1999. Katanya
kemudian, alhamdulillah
tidak ikut lomba dramben,
bila ikut lomba, tentu akan
menambah iri,
kekecewaan teman-
temannya. Kini teman-
teman yang ditinggalkan,
merindukannya
mengenang Sulis sebagai
sahabat sejati. Ya, Sulis
memang seorang sahabat
yang baik.Waktu Cinta
Rasul, safari sholawat
pentas di Solo. Panitia
pengundang, seperti
biasanya selalu
menempatkan personil “
Cinta Rasul” dihotel
berbintang. Tapi Sulis,
bahkan mengajak ibunya
meninggalkan kamarnya
yang lengkap dengan
fasilitas mewah, dan lebih
memilih menginap
dikampungnya yang
sangat sederhana,
bersama teman-teman
lamanya. Rumah gurunya
jadi prioritas
kunjungannya. Penulis
menyaksikan, bagaimana
gurunya berlinang
menahan haru, melihat
Sulis, anak didiknya yang
gemilang, ternyata masih
sama seperti dulu. Pada 14
July 2000, ayah dan dua
kakaknya menyusul. Sejak
itu lengkaplah sudah, Sulis
sekeluarga menjadi warga
ibukota Jakarta. Di Jakarta,
Sulis belajar di Sekolah
Dasar Harapan Ibu,
sebagian teman-temannya
seringkali memanggilnya “
mama ulis”, karena tidak
jarang ia jadi tempat
bertanya dan curhat
(mencurahkan isi hati)
sesama teman-
temannya.Kesederhanaan
dan keengganan
menonjolkan diri, seperti
sudah melekat pada
dirinya. Sulis tidak pernah
merasakan kelebihan yang
dimilikinya, ia merasa risi
dan malu berceritera
tentang kelebihan dirinya.
Disekolah, dikampungnya,
juga ditempat kursusnya,
Sulis diketahui sebagai
pelantun sholawat “Cinta
Rasul” yang bikin “heboh”
itu, baru setelah beberapa
bulan kemudian.Itupun
bukan darinya. Dalam
keseharian, Sulis anak
remaja yang tampil dalam
kesederhanaannya.
Siapapun yang melihat
Sulis dalam
kesehariannya, tidak akan
menyadari bahwa gadis
kecil ini sedang mengukir
sejarah dalam hidupnya,
sekaligus merubah
perjalanan hidup seluruh
keluarganya. Semua itu
dilewatinya seperti biasa-
biasa saja. Setelah semua
kegemilangan yang
diraihnya, adakah Sulis
menjadi anak manja yang
merepotkan ayah ibu dan
kedua kakaknya ? Tetap
saja Sulis sebagai seorang
anak yang patuh, seorang
adik yang menyenangkan,
yang menciptakan
kebahagiaan dan keceriaan
dalam keluarganya. Kalau
sesekali “error”, yaa itulah
tanda bahwa Sulis kini
tengah menjelang masa
remajanya. Jelasnya, Sulis
dulu, Sulis sekarang dan
Sulis diwaktu mendatang
adalah sama saja, Sulis
sekedarnya yang Cinta
Rasul insya Allah …
semoga Allah selalu
menjaga dan menyertai
perjalanan panjang
hidupnya. Sulis dan Cinta
Rasul Pada tahun 1998,
kak Haddad bersama
beberapa teman, dipimpin
haydar yahya,
membentuk sebuah grup
dengan nama “Studio 12”
yang melahirklan dua
buah album solo Haddad
Alwi berjudul “Nur
Muhammad shollollohu
’ alaihi wa alihi wa
sallam”dan “Ziarah Rasul”.
Album sederhana itu
mendapat perhatian
masyarakat luas terutama
adik-adik. Mulailah
direncanakan album yang
lebih ditujukan pada adik-
adik kecil. Pelantun
sholawat cilik segera
dicari. Dari sebuah
yayasan islam dikota Solo
(Jawa Tengah, kota
kelahiran Haddad, Sulis
juga haydar yahya)
dilakukan seleksi. Setelah
mendengar dan bertemu,
Haddad menjatuhkan
pilihannya, lagi-lagi pada
Sulistyowati. Rencana
penerbitan album
sholawat anak-anak dan
remajapun akan menjadi
nyata. Waktu itu tahun
1999. Menyongsong bulan
maulid 1420 hijriyyah,
waktu yang dipilih sebagai
album perdana yang
legendaris “CINTA
RASUL”yang kini dikenal
dengan “Cinta Rasul 1”.
Dari jumlah peredarannya
album “Cinta Rasul 1” ini,
mengalahkan album
manapun yang pernah hit
dimasa sebelumnya dan
sampai kini di Indonesia.
Diperkirakan kaset yang
beredar melampaui
puluhan juta copy. Jutaan
anak-anak Indonesia hafal
hampir seluruh “nasyid
”(lagu) dalam album itu.
“Cinta Rasul” mencatat
sejarahnya. Sebagai
aprisiasi, penghargaan,
dalam perjalanan “Cinta
Rasul”, haydar dan
Haddad, berketetapan
mengundang Sulis
sebagai keluarga tetap “
Cinta Rasul”. Sulispun
memulai perjalanan “
hijrah”nya memenuhi
undangan. Sulis pindah ke
Jakarta ditemani ibunya
pada tgl.7 agustus 1999.
Berpisah dengan ayah dan
dua kakak kesayangannya
yang kemudian menyusul
pada 14 July 2000.
Berdasarkan istikhoroh
(memilih dengan
memohon petunjuk Allah)
, haydar yahya,
menetapkan nama
“Sholla”, Studio Cinta
Rasul, yang sampai saat
ini telah menerbitkan tujuh
buah album yaitu “Cinta
Rasul 1 sampai dengan
Cinta Rasul 6 ” dan edisi
khusus “Love for the
Messenger”with Victoria
Philharmonic Orchestra,
Melbourne dan Sydney
Concert Orchestra.
Keduanya termasuk dua
orchestra bertaraf
internasional dari negara
kanguru, Australia. Musik
album khusus ini diaransir
ulang oleh, seorang
musisi muda terbaik,
Dwiki Dharmawan yang
sampai kini berniat selalu
bersama “Cinta
Rasul”insya Allah. Kini
Dunia Islam Mengenalnya
Bila “Cinta Rasul 1 sampai
Cinta Rasul 3” Haddad
bersama Sulis, maka “
Cinta Rasul 4”adalah
album perdana solo Sulis
yang kini mulai menjadi
kak Sulis yang telah
dikenal hampir diseluruh
dunia. Telpon, fax, surat,
email setiap hari
diterimanya bukan hanya
dari pelosok tanah air
Indonesia, tapi juga dari
Malaysia, Brunei,
Singapore, Mesir, Siria,
Kuwait, Turkiy, Iran,
Pakistan, Maroko, Abijan,
Kosovo, Mauritunius,
Belanda, bahkan Amerika
Serikat. Obat Rewel Bagi
Anak Balita Album “Cinta
Rasul” adalah juga
mujarab sebagai obat
rewel bagi anak balita.
Begitu kata para ibu.
Seorang ibu mengaku,
kemanapun ia pergi
bersama anaknya, selalu
menenteng tepe kecil dan
kaset “Cinta Rasul”. Begitu
anaknya rewel,langsung
distelkan dan si anak yang
memang sudah “Cinta
Rasul”itu jadi gembira
sambil menggerak-
gerakkan tangan dalam
posisi berdo ’a mencontoh
Sulis dalam klipnya. Coba
saja kalau tidak percaya.
Sulis Pertama Kali
Rekaman Saat pertama kali
rekaman, disebuah studio
dipinggiran kota gudeg
Yogyakarta, hari-hari itu
adalah hari-hari tak
terlupakan buat Sulis. Ia
seperti tidak menyadari
apa yang sebenarnya
terjadi. Ia rasakan seperti
mengalir begitu saja
dibawa waktu dan
keadaan. Sepertinya, tiba-
tiba saja ia sudah berada
diruang tunggu studio.
Apa maksud dari semua
ini ? Mampukah saya
memenuhi harapan dan
keinginan Cinta Rasul yang
penuh harap ?! Sulis
merasakan beban berat
yang tidak pernah
dirasakan sebelumnya.
Macam-macam timbul
tenggelam dalam hati dan
pikiran …hatinya berdebar
kuat dan mata yang indah
yang dimilikinya
mengalirkan airmata …
Sulis menangis, merapat
ke ibunya yang selalu
menemaninya, memberi
semangat dan dorongan.
Namanya sebuah
perjalanan, akhirnya
terlewati juga. Sampai
sekarang sudah sampai
album ke enam yang
insya Allah tidak akan
pernah berakhir, terus “
Cinta Rasul” sampai mati,
mohon do’a semuanya
kata Sulis. Bagaimana Sulis
Berlatih ? Sulis memulai
karirnya seperti menjalani
takdir yang memang
sudah seharusnya dijalani.
Berbeda dengan
kebanyakan artis, vokalis
pada umumnya. Sulis
tidak pernah belajar
tekhnik vocal seperti
lazimnya orang ingin
menjadi vocalis. Ia
mengembangkan
bakatnya sendiri. Ia
menyanyi sekedar
mengikuti naluri perasaan
hatinya yang lembut.
Seperti air sungai,
mengalir mengikuti
sunnatullahnya sampai ke
samudera lepas sesuai
kehendak Allah. Begitulah
perjalanan Sulis, pelantun
sholawat terbaik yang
dimiliki dunia saat ini.
Banyak orang tidak
percaya, bahwa Sulis baru
berlatih vocalizing
menjelang penerbitan
albumnya yang ke empat
yaitu “Cinta Rasul 4”.
Itupun dijalaninya dengan
sekedarnya saja. Sulis di
Panggung dan Bunga
Pilihannya Orang yang
ingin melihat seorang artis
yang gemerlapan dan
penuh gaya bisa
dipastikan akan kecewa
melihat Sulis dipanggung.
Dilihat dari sudut stage act
(aksi panggung),Sulis
memang bukan seorang
artis. Bahkan sampai saat
ini. Yang membedakannya
dengan artis lain hanyalah
bunga yang selalu
dibawanya saat
bersholawat diatas
panggung. Bunga
mengatakan semua yang
indah dan damai. Semua
yang dilakukannya adalah
spontan. Tindak
tanduknya, langkahnya,
senyumnya, sorot
matanya, saat bersama
teman-temannya,
dirumah atau saat ia
melantunkan sholawat
diatas panggung didepan
puluhan ribu
penggemarnya, semua
apa adanya. Sulis selalu
tampil sekedarnya,
sebagai seorang teman,
seorang sahabat yang
tidak berbeda dengan adik
kakak penggemarnya.
Tidak dirasakannya jarak
diantaranya. Itu pulalah
yang membuat para
penggemarnya, adik kecil,
remaja, ibu-ibu tidak
sekedar sebagai
penggemarnya, tapi
mereka menyayangi dan
mencintai Sulis sebagai
layaknya adik kakak. Setiap
kali kembali dari safari
sholawat (sebutan bagi
konser Cinta Rasul), selalu
disusul dengan surat,
email, telpon, hadiah,
kiriman cendera mata dari
para penggemarnya yang
seringkali membuat Sulis
gelisah, bagaimana mesti
membalas kebaikan para
penggemarnya yang
berjuta jumlahnya itu.
Semoga Allah membalas
kebaikan mereka semua
dengan berlipat ganda …
do’anya.Semoga Allah
mencatatnya sebagai
manifestasi kecintaan kita
semua kepada Allah
subhanahu wa ta ’ala dan
Rasulullah shollollohu’alaihi
wa alihi wa sallam. Sulis
Remaja dan
Penggemarnya Sulis
sekarang adalah Sulis
remaja. Daya pikatnya
bertambah. Bukan hanya
suaranya yang sulit
dikatakan bagaimana…
bukan hanya nama besar,
sikap dan tindak tanduk
yang sekedarnya,
membuat penasaran
pemerhatinya …tapi…
kecantikannya yang khas
jawa, senyum madunya,
sorot matanya yang
magis, memang unik dan
terlalu sulit
disembunyikan. Panggilan
akrabnya
bertambah.Teman-teman
dekatnya memanggil Sulis
dengan Uchan (Ulis cantik)
. Semua itu seringkali
merepotkan Sulis
menghadapi penggemar
maniaknya. Kalau
mulanya hanya adik-adik
kecil yang bertepuk
tangan, berteriak
kegirangan manakala Sulis
melangkah ke panggung,
kini remaja putra dan
pemuda bersaing dengan
adik-adiknya. Teriakan :
” Suliiiiiiissss I love you…”
tidak jarang terdengar
bahkan seringkali
mengganggu
kekhusyukan bersholawat.
Setiap kali selesai pentas,
pengamanan pagar betis
yang tangguh mesti
disiapkan. Bila
pengamanan lengah,
bunga yang Sulis bawa
setiap kali pentas jadi
sasaran rebutan dan
kadang hancur berkeping
entah buat apa. Ada yang
cukup melihat dari jauh,
ada yang ingin mendekat,
ada yang ingin
menyentuh dan banyak
juga yang menarik baju,
jilbab dan mencubit bila
berkesempatan. Disituasi
seperti itu Sulis biasanya
hanya menunduk. Kadang
panik juga dan baru lega
begitu sampai dimobilnya.
Melambaikan tangan,
menyapa para
peggemarnya yang tidak
henti-hentinya mengetuk-
ngetuk kaca mobilnya …
Sulis terdiam seribu
bahasa, sulit ditebak apa
yang ada dibenak pikiran
dan hatinya disaat itu.
Yang pasti sesampainya
dihotel katanya : ”Sulis
lapar, mau pop mie atau
mie ayam …”
bersembunyi dikamar
bersama ibunya.
Sementara para
penggemar mengejar,
datang bergantian minta
foto bersama. Sulis yang
capek, tetap saja melayani
dengan sebaik-baiknya.
Itulah Sulis yang kini
remaja dan lebih banyak
yang menggoda. Semoga
Allah menjaganya.
Langganan:
Postingan (Atom)